Tokoh-tokoh Ideologi
Nasionalisme
Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara
fundamental timbul dari adanya National Counciousness. Dengan perkataan lain
nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran
nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang
membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
Selanjutnya menurut
Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan
faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
Menurut L. Stoddard:
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar
individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki
secara bersama di dalam suatu bangsa.
Menurut Otto
Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
Komunisme
1. Karl Marx
2. Friedrich Engels
3. Fidel Castro
Adalah Presiden Kuba
sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas
penunjukannya pada Februari 1959 setelah tampil sebagai komandan revolusi pada
tahun 1976. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba
(Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam
republik sosialis dengan sistem satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden,
ia tampil sebagai komandan Militer Kuba dan membawanya sebagai pemimpin yang
paling membenci Amerika Serikat.
4. Kim Il-Sung
Kim Il-Sung merupakan
seorang politikus berhaluan komunis dari Korea yang memimpin Korea Utara sejak
1948 hingga hari kematiannya. Ia menjabat sebagai perdana menteri pada tahun
1948-1972 dan presiden pada tahun 1972-1994, tetapi posisinya yang paling
berpengaruh adalah Sekretaris Jenderal Partai Buruh Korea. Dalam konteks
pemujaan kepribadian, Kim secara resmi disebut sebagai Pemimpin Besar dan
menurut Konstitusi Korea Utara, ia adalah Presiden Abadi negara tersebut. Hari
ulang tahunnya merupakan salah satu hari libur di Korea Utara.
5. Vladimir Lenin
Nama Lenin sebenarnya
adalah nama samaran yang diambil dari nama Sungai Lena di Siberia. Ia menjabat sebagai
pemimpin Rusia sejak tahun 1917, lalu Perdana Menteri Uni Soviet sejak tahun
1922 hingga kematiannya. Lenin berhaluan politik Marxis dan telah ikut
menyumbangkan gagasan politiknya dalam pemikiran Marxis yang disebut sebagai
Leninisme. Gagasannya itu bila digabung dengan teori ekonomi Marx dikenal
dengan sebutan Marxisme–Leninisme.
6. Rosa Luxemburg
Ia adalah seorang
Polandia-Jerman keturunan Yahudi dan merupakan seorang revolusioner Marxis dan
bersama Karl Liebknecht memimpin pemberontakan Spartakus di Berlin, awal
Januari 1919. Namanya oleh pemerintah Jerman Timur diabadikan sebagai nama
jalan di Berlin: Rosa Luxemburgstrasse dan Rosa Luxemburgplatz.
7. Mao Zedong
Ia merupakan tokoh
filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Cina. Ia adalah salah satu tokoh
terpenting dalam sejarah modern Cina. Mao sebenarnya bukan seorang filsuf yang
orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti
Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir
tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan
gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan Mao bisa dikatakan
orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Cina yang pengaruhnya paling
besar dalam Abad ke 20 ini.
8. Deng Xiaoping
Ia adalah seorang
tetua pemimpin revolusi dalam Partai Komunis Tiongkok yang menjadi pemimpin tertinggi
Republik Rakyat Cina sejak kurun dasawarsa 70-an sampai dengan awal dasawarsa
90-an. Ia adalah pemimpin generasi kedua setelah Mao Zedong. Di bawah
arahannya, Tiongkok menjadi salah satu negara dengan laju perkembangan ekonomi
tercepat di dunia.
9. Josef Stalin
Stalin adalah pemimpin
Uni Soviet dan seorang diktator yang sangat ditakuti, dikenal juga dengan
sebutan "Manusia Baja" sebagai namanya (Stalin atau Steel Man). Ia
diperkirakan telah memerintahkan pembunuhan sekitar 30 juta jiwa penduduk Rusia
dan negara-negara sekitarnya. Ketika Perang Dunia II (1939-1945) meletus, Uni
Soviet berperang bersama Inggris serta Amerika Serikat melawan Nazi Jerman.
Tetapi seusai perang, Stalin memasang "Tirai Besi" antara sekutu
Barat dan Soviet dan sebagian besar negara di Eropa Timur dijadikan negara
Komunis.
10. Pol Pot
Saloth Sar atau yang
lebih dikenal sebagai Pol Pot, adalah pemimpin Khmer Merah dan Perdana Menteri
Kamboja dari 1976 hingga 1979. Pemerintahannya banyak disalahkan untuk kematian
sekitar dua juta warga Kamboja, meski perkiraan jumlahnya masih diperdebatkan.
Sosialisme
1. Robert Owen (1881 – 1858)
Pemikirannya tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of
Society, an Essay on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut,
ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter
manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan
pekerjanya.
2. Karl Heinrich Marx (1818 – 1883)
Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia
mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das
Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan
kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh).
Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi.
Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan
sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di
negaranegara Asia – Afrika, banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran
sosialisme.
3. St. Simon (1760-1858)
Dia merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan
perlunya sarana-sarana produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.
4. Thomas Moore
Dia adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi
dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan
tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki
tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
Liberalisme
John Locke, Voltaire, Montequieu, J.J.
Rousseau. Sementara itu tokoh-tokoh liberalisme dalam bidang ekonomi adalah
Adam Smith, David Ricardo, dan Robert Malthus.
Beberapa tokoh yang
bisa dianggap sebagai penganut dan yang mengembangkan paham liberalisme, yaitu:
1. John Locke.
Menurut pendapatnya, negara terbentuk dari perjanjiann sosial antara individu
dengan yang hidup bebas dengan penguasa.
2.
Montesquieu.
Dalam bukunya spirit the law, terdapat pemisahan kekuasaan dalam pemerintahan
yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tujuannya agar terdapat pengawasan
antar lembaga agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang.
Pan-islamisme
1.
Jamaludin
Al-afghani
Afghani juga
mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran
keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu
diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu)
yang saleh.
Jamaluddin
al- Afghani pernah menerbitkan jurnal Al-Urwat-Al-Wuthqa yang
mengecam keras Barat. Jurnal tersebut juga dikenal sebagai jurnal anti
penjajahan, yang diterbitkan di Paris. Jurnal ini segera menjadi barometer
perlawanan imperialisme dunia Islam yang merekam komentar, opini, dan analisis
bukan saja dari tokoh-tokoh Islam dunia.
Jamaluddin
Al-Afgani mengungkapkan bahwa:
a. Islam
adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa maupun zaman. Kalau kelihatan ada
pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi perubahan zaman, maka
penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi dan pengertian baru
tentang ajaran itu.
b. Kemunduran
yang dialami oleh umat Islam tak lain karena telah meninggalkan ajaran Islam
yang sesungguhnya.
c.Pemahaman
terhadap qadha dan qadar dirusak oleh sebagian ulama, menjadi fatalisme yang
membawa umat Islam kepada keadaan statis.
d. Pemahaman
yang keliru terhadap hadits Nabi menyatakan bahwa umat Islam akan mengalami
kemunduran di akhir zaman membuat umat Islam tidak merubah nasibnya.
e. Jalan
keluarnya adalah melenyapkan pengertian yang salah itu dan kembali kepada
ajaran Islam yang sebenarnya
2. Muhammad Abduh
Syek M. Abduh
menghendaki perubahan mental secara berangsur-angsur, seperti pendidikan.
Sementara
Syekh Muhammad Abduh mengungkapkan teori pembaharuannya sebagai berikut:
a. Yang
boleh dan harus disembah hanyalah Allah dan orang menyembah selain Allah adalah
musyrik dan ia harus dibunuh.
b. Orang
Islam yang minta pertolongan kepada Wali atau Syekh atau kekuatan lain selain
Allah, termasuk dia menjadi musyrik.
c. Menyebut
nama Nabi, Syekh atau Malaikat dalam doa juga syirik.
d. Meminta
selain kepada Allah adalah syirik.
e. Bernazar
selain kepada Allah adalah syirik.
f. Tidak
percaya kepada Qadha dan Qadar Allah itu menyebabkan kekufuran.
g. Jalan
keluarnya adalah melepaskan umat dari kesesatan ini dan kembali kepada Islam
yang asli.
3. Rasyid Ridha
Rasyid Ridla juga melihat perlunya dihidupkan kesatuan
umat Islam. Menurutnya, salah satu sebab lain bagi kemunduran umat ialah
perpecahan yang terjadi di kalangan mereka. Kesatuan yang dimaksud oleh beliau
bukanlah kesatuan yang didasarkan atas kesatuan bahasa atau kesatuan bangsa,
tetapi kesatuan atas dasar keyakinan yang sama. Oleh karena itu ia tidak setuju
dengan gerakan nasionalisme yang dipelopori Mustafa Kamil di Mesir dan gerakan
nasionalisme Turki yang dipelopori Turki Muda. Ia menganggap bahwa faham
nasionalisme bertentangan dengan ajaran persaudaraan seluruh umat Islam.
Persaudaraan dalam islam tidak kenal pada perbedaan bangsa dan bahasa, bahkan
tidak kenal perbedaan tanah air. Rasyid Ridla tidak memberikan format yang
jelas bagi bentuk kesatuan yang dimaksud. Ia hanya menawarkan kekhalifahan yang
sekaligus mengemban fungsi sebagai kepala negara. Khalifah, menurutnya, karena
mempunyai kekuasaan legislatif maka harus mempunyai sifat mujtahid. Tetapi,
khalifah tidak boleh bersifat absolut. Ulama merupakan pembantu-pembantunya
yang uatama dalam soal memerintah rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar